Reward atau Penghargaan (Pengertian, Tujuan, Jenis dan Syarat).Layanan konseling kelompok adalah layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan siswa memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok.Dinamika kelompok ialah suasana yang hidup, yang berdenyut, yang bergerak, yang ditandai dengan adanya interaksi antar sesama anggota kelompok (Prayitno dalam Vitalis, 2008:63).
Tujuan konseling kelompok antara lain (Prayitno dalam Vitalis, 2008:63). Tujuan konseling kelompok adalah berkembangnya kemampuan sosialisasi siswa, khususnya kemampuan berkomunikasinya. Melalui konseling kelompok hal-hal yang dapat menghambat atau mengganggu sosialisasi dan komunikasi siswa diungkap dan didinamikakan melalui berbagai teknik, sehingga kemampuan sosialisasi dan berkomunikasi siswa berkembang secara optimal (Tohirin, 2007:181). Materi layanan konseling kelompok dapat mencakup hal-hal sebagai berikut (Prayitno dalam Vitalis, 2008:64). Terdapat dua teknik layanan konseling kelompok antara lain (Tohirin, 2007:182). Secara umum, teknik-teknik yang digunakan dalam penyelenggaraan layanan konseling kelompok mengacu kepada berkembangnya dinamika kelompok yang diikuti oleh seluruh anggota kelompok untuk mencapai tujuan layanan. Adapun teknik-teknik tersebut secara garis besar meliputi antara lain. Permainan kelompok yang efektif harus memenuhi cirri-ciri sebagai berikut. Terdapat lima fase proses konseling kelompok (Winkel dan Hastuti dalam Vitalis, 2008:66). Diletakkan dasar bagi pengembangan hubungan antar pribadi (working relationship) yang baik, yang memungkinkan pembicaraan terbuka dan terarah dalam wawancara konseling. Jika konselor dan konseli bertemu untuk pertama kali, waktunya akan lebih lama dan isinya akan berbeda dibandingkan dengan pembukaan saat konseli dan konselor bertemu kembali untuk melanjutkan wawancara yang telah berlangsung sebelumnya. Konselor mempersilahkan atau mengundang konseli untuk mengungkapkan alam perasaan, alam pikiran kepada konselor secara bebas. Konselor segera merespon pernyataan perasaan atau pikiran konseli dengan teknik yang sesuai, memiliki derajat emosional yang tinggi, semakin membuka dirinya. Pada fase penggalian latar belakang masalah ini inisiatif ada pihak konselor untuk memperoleh gambarn yang jelas, lengkap dan mendalam tentang masalah konseli. Fase ini disebut dengan analisis kasus, yang dilakukan menurut sistematika tertentu sesuai dengan pendekatan konseling yang diambil. Konselor disini mengambil sikapekletik, karena sistematika analisis disesuaikan dengan jenis masalah, taraf perkembangan konseli, dan pengalaman konselor dalam menetapkan konseling tertentu. Berdasarkan data setelah diadakan analisis kasus, konselor dan konseli membahas bagaimana persoalan dapat diatasi. Meskipun konseli selama fase ini harus ikut berfikir, memandang dan mempertimbangkan, peran konselor di institusi pendidikan dalam mencari penyelesaian permasalahan pada umumnya lebih besar. Mengakhiri proses konseling dapat mengambil bentuk yang agak formal sehingga konselor dan konseli menyadari bahwa hubungan antar pribadi telah usai.
0 Comments
Leave a Reply. |
Details
AuthorWrite something about yourself. No need to be fancy, just an overview. Archives
December 2020
Categories |